BOOK REVIEW : OVERCOMING PERFECTIONISM by ROZ SHAFRAN, SARAH EGAN, TRACEY WADE

REVIEW IN ENGLISH & BAHASA INDONESIA

I’m not aware that I’m a perfectionist until I’ve read this book. This one is one of my best buys in 2023. One of the best books I’ve read (and also the longest book I could finish). Anyone who is a perfectionist should read this book.

  1. About the book

The book is a self-help guide for perfectionists. The purpose is to help you overcome your perfectionism trait using cognitive-behavioral techniques, one of which you may be familiar with. The book isn’t something easy to read. You can’t just read the book; you’re supposed to ‘work’ on this type of book. You can ‘work’ the book by yourself or accompanied by your therapist. It’s your choice. The book is divided into two parts: understanding perfectionism and overcoming perfectionism. In Part 1, you’ll get an explanation of why, as a perfectionist, you do some things in particular (such as procrastination, avoidance, all-or-nothing thinking, list-making, etc.). Whether you’re aware of all of those things or not, you’ll admit that you do that too. When I’ve read about procrastination and avoiding tasks, it feels like I’ve got a slap right in the face since I do exactly that. The second part is the one you’ll need after you’ve understood the cause of perfectionism and how to treat it. You may not know how perfectionism causes you many problems in your life because you have lived with it for a long time. So, the second part of this book is the difficult one. You think you have an intention to ‘change’ and try to ‘cure’ your perfectionism, but that’s not enough. As a perfectionist, you just want everything to be ‘perfect’. Reading and working on this book gives you an amount of pressure that you think you can handle, but it’ll need your extra effort. When you read this book, just keep going.

  1. Who should read this book?

Obviously, this book should be read by perfectionists who want to overcome their traits. Often, they’re not aware of their traits. Also, disadvantages of the trait that cost them a good quality of life.

  1. When should you read this book?

You should start to read it now. This book takes a lot of time and effort to read and practice. And for perfectionists, it takes dedication to keep reading and ‘working’ on this book.

  1. What I’ve got after reading this book

At first, I may be in denial that I’m a perfectionist. I think that maybe, yeah, I’m not that perfectionist. Then I realized the book just kept spilling facts about me. How can I relate to it so much? I like to procrastinate until deadlines come, avoid doing tasks, have all-or-nothing thinking about anything, self-criticize, discount any achievement, etc. I may become someone who doesn’t know how to be grateful, enjoy things, or feel unworthy just because I’m a perfectionist. And I just know it from the book. All of the techniques and steps in this book help me so much, as long as I keep doing them. I need four months to read this book until it’s done (yeah, I did procrastinate, so it took longer to finish the book). And I need more time to really work on this book and to learn techniques that help me. It isn’t like flipping hands; I need extra effort to overcome my perfectionism. But I can assure you that reading and working on this book will give you a lot of benefits for dealing with your perfectionism. Now, when my perfectionism takes control, I know how to deal with it and am still practicing to get used to it.

  1. (+) and (-) of this book*

Points (+)

✓ Complete explanation

The book contains all I need to know about perfectionism and how to deal with it. The book is ‘just perfect’ to help me overcome my perfectionism. It made me admitting that I’m truly a perfectionist. 

Points (-)

✓ I don’t found one.

  1. Worth buying and reading or not

If you’re the target reader of the book, this one should be on your shelf. If it’s important for you to overcome your perfectionism, you should read it. Also, don’t forget to prepare a notebook you can bring anywhere to do the worksheets. You may think you don’t need a reminder, but you do. Because I do too. So, it’s definitely worth buying and reading.

  1. Personal rating : 💙💙💙💙💙

——–TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA————

Saya tidak sadar bahwa saya seorang perfeksionis sampai saya membaca buku ini. Ini adalah salah satu pembelian terbaik saya di tahun 2023. Salah satu buku terbaik yang pernah saya baca (dan juga buku terlama yang dapat saya selesaikan bacanya). Siapa pun yang perfeksionis harus membaca buku ini.

1. Tentang apa

Buku ini adalah panduan self-help bagi perfeksionis. Tujuannya adalah membantu Anda mengatasi sifat perfeksionisme dengan menggunakan teknik perilaku kognitif. Buku ini bukanlah sesuatu yang ‘mudah’ untuk dibaca. Anda tidak bisa hanya membaca bukunya; Anda juga harus ‘mengerjakan’ buku ini. Anda bisa ‘mengerjakan’ buku itu sendiri atau didampingi oleh terapis Anda. Buku ini dibagi menjadi dua bagian: memahami perfeksionisme dan mengatasi perfeksionisme. Di Bagian 1, Anda akan mendapatkan penjelasan mengapa sebagai seorang perfeksionis, Anda melakukan beberapa hal tertentu (seperti prokrastinasi, menghindar melakukan sesuatu, memikirkan semua atau tidak sama sekali, membuat daftar, dan lain-lain). Entah Anda menyadari semua hal itu atau tidak, Anda akan mengakui bahwa Anda juga melakukan hal itu. Ketika saya membaca tentang prokrastinasi dan menghindari tugas, saya merasa mendapat tamparan keras karena saya melakukan hal itu. Bagian kedua adalah bagian yang Anda perlukan setelah Anda memahami penyebab perfeksionisme dan cara mengatasinya. Anda mungkin tidak tahu bagaimana perfeksionisme menyebabkan banyak masalah dalam hidup Anda karena Anda sudah lama menjalaninya. Jadi, bagian kedua buku ini adalah bagian tersulit. Anda pikir Anda punya niat untuk ‘berubah’ dan mencoba ‘menyembuhkan’ perfeksionisme Anda, tapi itu tidak cukup. Sebagai seorang perfeksionis, Anda hanya ingin segalanya ‘sempurna’. Membaca dan mengerjakan buku ini memberi Anda sejumlah tekanan yang menurut Anda dapat Anda atasi, namun hal itu membutuhkan usaha ekstra. Saat Anda membaca buku ini, lanjutkan saja jangan berhenti. Butuh waktu dan usaha yang ekstra agar teknik-teknik di buku ini berhasil diterapkan secara berkelanjutan.

2. Siapa yang perlu membaca buku ini?

Tentunya buku ini sebaiknya dibaca oleh para perfeksionis yang ingin mengatasi masalah yang ditimbulkan dari sifat perfeksionis-nya. Seringkali, mereka tidak menyadari kelemahan dari sifat yang membuat mereka kehilangan kualitas hidup yang baik.

3. Kapan sebaiknya membaca buku ini?

Anda harus mulai membacanya sekarang. Buku ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk membaca dan berlatih. Dan bagi para perfeksionis, dibutuhkan dedikasi untuk terus membaca dan ‘mengerjakan’ buku ini.

4. Yang aku dapatkan setelah membaca buku ini

Pada awalnya, saya mungkin menyangkal bahwa saya seorang perfeksionis. Saya pikir mungkin, ya, saya tidak terlalu perfeksionis. Kemudian saya menyadari bahwa buku ini terus-menerus memberikan fakta yang cocok dengan saya. Saya bisa begitu memahami dan merasa terhubung dengan bahasan di buku ini. Saya suka menunda-nunda sampai tenggat waktu tiba, menghindari mengerjakan tugas, memikirkan segalanya atau tidak memikirkannya sama sekali, mengkritik diri sendiri, meremehkan pencapaian apa pun, dan lain-lain. Saya mungkin menjadi seseorang yang tidak tahu bagaimana harus bersyukur, menikmati sesuatu, atau merasa tidak berharga hanya karena saya perfeksionis. Dan saya baru menyadarinya setelah membaca buku ini. Semua teknik dan langkah dalam buku ini sangat membantu saya, selama saya terus melakukannya. Saya memerlukan waktu empat bulan untuk membaca buku ini sampai selesai (iya, saya memang menunda-nunda, jadi butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan buku ini). Dan saya memerlukan lebih banyak waktu untuk benar-benar mengerjakan buku ini dan mempelajari teknik-teknik yang membantu saya. Ini tidak seperti membalikkan tangan; Saya perlu usaha ekstra untuk mengatasi perfeksionisme saya. Namun saya yakinkan Anda bahwa membaca dan mengerjakan buku ini akan memberi Anda banyak manfaat dalam menghadapi perfeksionisme Anda. Sekarang, ketika perfeksionisme saya mengambil kendali, saya tahu bagaimana menghadapinya dan saya masih berlatih untuk membiasakannya.

5. (+) dan (-) dari buku ini

Poin (+)

✓Penjelasan yang lengkap

Buku ini berisi semua yang perlu saya ketahui tentang perfeksionisme dan cara menghadapinya. Buku ini ‘sempurna’ untuk membantu saya mengatasi perfeksionisme saya.

Poin (-)

✓Saya belum menemukan poin (-) dari buku ini.

6. Worth to buy and read or not

Jika Anda adalah target pembaca buku ini, buku ini harus ada di rak Anda. Jika penting bagi Anda untuk mengatasi perfeksionisme Anda, Anda harus membacanya. Jangan lupa juga untuk menyiapkan buku catatan yang bisa dibawa kemana saja untuk mengerjakan lembar kerja. Anda mungkin berpikir Anda tidak memerlukan pengingat, tetapi Anda membutuhkannya. Karena saya juga melakukannya. Jadi, sangat layak untuk dibeli dan dibaca.

7. Personal rating : 💙💙💙💙💙

BOOK REVIEW : SURROUNDED BY IDIOTS by THOMAS ERIKSON

surrounded by idiots

REVIEW IN ENGLISH & BAHASA INDONESIA

Human relationship is something I admire. I've always interested in human relationship. To learn about it, is something I'm willing to do voluntarily. The beauty of interacting with each other. Since I'm an introvert, it may limited me to do constant interaction with other people. But, I always try best to have a good relationship with other people. So, when I found this book I'm hooked by the title. It's quite interesting. The book is about 'human relationship' including how to communicate better. Shat's interesting about this book? 
  1. About the book

Literally, the content is just like its title. This is a book about human relationship especially how to communicate better with other people whom categorized by color (red, yellow, green, blue). The book begins with background that explain reasons why the author wrote about it. He explain why is it important to categorize people and what the readers will gain with the knowledge. Categories of people by ‘colors’ gives insights of their behavior, strength and weaknesses, body languages, what their stress factor and how to handle people based on their color. The goal is to have better communication with other people and also have a better relationship with them.

  1. Who should read this book?

It’s a must read for people who works in Human Resource Development, Marketing, Business, Public Relation, Public Services, Education. Also for CEO, managers, supervisor, leader it will be a helpful guide for them to know better their employees. Other than that, everyone could read this book too.

  1. When should you read this book?

It’s never to late to learn. Communication with other people is matter. Now it’s the right time to learn how to have better communication whether in personal life or work place.

  1. What I’ve got after reading this book

Since I’ve read this book, it’s easier to recognize people. Categorize people based on their ‘color’ actually helps me communicate better with them. And it’s actually nice to have a good conversation with other people and have a good relationship with them. It helps me deal with them especially when we’ve had different perspective about some things. It helps me be more patient if I know that their ‘color’ are red or yellow. And it helps me recognize my own color to optimize my strengths and deal with my weaknesses.

  1. (+) and (-) of this book

Points (+)

✓Definite points
The author clearly knows what he wants to write. The theory is well explained and well thought of. If you need a book as guide to increase communication skill with other people in organization, this book is the answer.

Points (-)

✓Less tips to practice
This book provides pretty understandable theory. Generally, books like this has many real-life examples or applicable how-to tips, but it doesn’t. I wish there are more example to practice the theory.

  1. Worth buying and reading or not

Obviously it’s worth to buy, worth to read and read again. Also, it’s maybe a good gift for someone that you think may need the book.

  1. Personal rating : 🐱🐱🐱🐱

——————TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA————

Hubungan antar-manusia adalah sesuatu yang saya kagumi. Saya selalu tertarik pada hubungan manusia. Untuk mempelajari tentangnya, adalah sesuatu yang saya lakukan secara sukarela. Indahnya berinteraksi satu sama lain. Apalagi saya adalah seorang introvert, hal ini mungkin membatasi saya untuk terus-menerus berinteraksi dengan orang lain. Tapi, saya selalu berusaha sebaik mungkin untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain. Jadi, ketika saya menemukan buku ini saya terpikat oleh judulnya yang cukup menarik. Buku ini membahas tentang ‘hubungan antar-manusia’ termasuk cara berkomunikasi yang lebih baik. Lalu, apa yang menarik dari buku ini?

1. Tentang apa

Secara harfiah, isinya persis seperti judulnya. Ini adalah buku tentang hubungan manusia khususnya bagaimana berkomunikasi lebih baik dengan orang lain yang dikategorikan berdasarkan warna (merah, kuning, hijau, biru). Buku ini dimulai dengan latar belakang yang menjelaskan alasan mengapa penulis menulis tentang hal tersebut. Dia menjelaskan mengapa penting untuk mengkategorikan orang dan apa yang akan diperoleh pembaca dengan pengetahuan tersebut. Kategori orang berdasarkan warna memberikan wawasan tentang perilaku, kekuatan dan kelemahan, bahasa tubuh, faktor stres mereka, dan cara menangani orang berdasarkan ‘warna’. Tujuannya adalah untuk memiliki komunikasi yang lebih baik dengan orang lain dan juga memiliki hubungan yang lebih baik dengan mereka.

2. Siapa yang perlu membaca buku ini?

Wajib dibaca bagi orang-orang yang bekerja di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pemasaran, Bisnis, Hubungan Masyarakat, Pelayanan Publik, Pendidikan. Juga bagi CEO, manajer, supervisor, pemimpin, ini akan menjadi panduan yang berguna bagi mereka untuk mengenal lebih baik karyawannya. Selain itu, semua orang juga bisa membaca buku ini.

3. Kapan sebaiknya membaca buku ini?

Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Komunikasi dengan orang lain itu penting. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik baik dalam kehidupan pribadi maupun di tempat kerja.

4. Yang aku dapatkan setelah membaca buku ini

Sejak saya membaca buku ini, lebih mudah mengenali orang. Mengkategorikan orang berdasarkan ‘warna’ sebenarnya membantu saya berkomunikasi lebih baik dengan mereka. Dan sebenarnya menyenangkan bisa berbincang baik dengan orang lain dan menjalin hubungan baik dengan mereka. Ini membantu saya menghadapi mereka terutama ketika kami memiliki perspektif berbeda tentang beberapa hal. Ini membantu saya untuk lebih bersabar jika saya mengetahui ‘warna’nya merah atau kuning. Dan itu membantu saya mengenali ‘warna’ saya sendiri untuk mengoptimalkan kekuatan saya dan mengatasi kelemahan saya.

5. (+) dan (-) dari buku ini

Poin (+)

✓Poin yang jelas

Penulis jelas tahu apa yang ingin dia tulis. Teorinya dijelaskan dengan baik dan dipikirkan dengan baik. Jika Anda membutuhkan buku sebagai panduan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain dalam organisasi, buku ini adalah jawabannya

Poin (-)

✓Lebih sedikit tip untuk dipraktikkan
Buku ini memberikan teori yang cukup bisa dimengerti. Umumnya, buku-buku seperti ini mempunyai banyak contoh kehidupan nyata atau tips-tips yang dapat diterapkan, namun kenyataannya tidak. Saya berharap ada lebih banyak contoh untuk mempraktikkan teori tersebut.

6. Worth to buy and read or not

Buku ini jelas layak untuk dibeli, layak untuk dibaca dan dibaca lagi. Selain itu, ini mungkin hadiah yang bagus untuk seseorang yang menurut Anda mungkin membutuhkan buku tersebut.

7. Personal rating : 🐱🐱🐱🐱

BOOK REVIEW : THE 5 LOVE LANGUAGES by GARY CHAPMAN

REVIEW IN ENGLISH & BAHASA INDONESIA

The rise of the term 'love language' on social media makes me curious to know more. And apparently there is a book that discusses 'love language' which was published in 1992. The book is called 'The 5 Love Languages' written by Gary Chapman. Maybe we're quite familiar with these love languages : words of affirmation, quality time, receiving gifts, acts of service and physical touch. These five languages are discussed in more detailed along with case examples.  Let's discuss the book more.
  1. About the book

The genre is about love relationship (especially for married couple). I was interested for more explanation of how to communicate better with spouse. Something that actually not rare to discuss. The book begins with the question : ‘what happen after marriage?’. It’s a simple yet complicated to answer. The issue was about how to send and receive love in purpose to be loved. That is why love languages matter. It has an important role to communicate love. The importance of love languages define what to do for couple, how to speak it, when to do it, and how the right way to do it. This is basically the book of how-to have better communication with your spouse (even though there is a chapter talks about how to speak love language to your children too). The conclusion, this book is an easy reading that might be a good company to your afternoon reading session.

  1. Who should read this book?

This book obviously needs to be read by couples, especially married couples. They may relate to some cases mentioned in the book. Also, it could be discussed as a self reflection material.

  1. When should you read this book?

This book should be read immediately, especially for those who are already married or want to get married. Because love language is a part of communication. If the communication is better, then the relationship is also better.

  1. What I got after reading this book

First, reading this book teach me the strategy to maintain good communication with spouse. I used to think that communication was only limited to talking only, but it turns out to be broader than that. And love language makes a better communication for couple. Second, how to be more self aware in a relationship. Habitual to daily life could create laziness to do efforts. Including effort to showing love to spouse. I used to think that my husband obviously know that I love him, but how can he knows, if I don’t speak his love languages. Yeah, this slaps me to do more effort.

  1. (+) and (-) of this book

Points (+)

✓Easy to understand language
For a relationship book, it has an understable language. No need to thinking hard, well it’s just easy to read.

✓Love language test
Who doesn’t love to do a little quiz? Gary provide few questions for you to know what your love language is.

Points (-)

✓Mixed genre
When I picked this book, I didn’t know that it has multiple genre. In my mind, it’s just usual relationship book. Then, I realize it is also christian literature. If you aren’t christian, you can skip the bible quotation in some part.

  1. Worth buying and reading or not

This book is okay to add insight of how to have a better communicate with partners by matching their love language. So of course it’s worth reading and worth buying for those who need those insight.

  1. Personal rating : 🐱🐱🐱

——————TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA————

Maraknya istilah ‘bahasa cinta’ di media sosial membuat saya penasaran untuk mengetahui lebih jauh. Dan ternyata ada sebuah buku yang membahas tentang ‘bahasa cinta’ yang diterbitkan pada tahun 1992. Buku tersebut berjudul ‘The 5 Love Languages’ yang ditulis oleh Gary Chapman. Mungkin kita cukup familiar dengan bahasa cinta ini : kata-kata penegasan, waktu berkualitas, menerima hadiah, tindakan pelayanan dan sentuhan fisik. Kelima bahasa ini dibahas lebih detail beserta contoh kasusnya. Mari kita bahas bukunya lebih lanjut.

1. Tentang apa

Genrenya tentang hubungan cinta (terutama untuk pasangan suami istri). Saya tertarik untuk penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana berkomunikasi lebih baik dengan pasangan. Sesuatu yang sebenarnya tidak jarang untuk dibahas. Buku ini diawali dengan pertanyaan : ‘apa yang terjadi setelah menikah?’ Sederhana namun rumit untuk dijawab. Masalahnya adalah tentang bagaimana mengirim dan menerima cinta dengan tujuan untuk dicintai. Itulah mengapa love language itu penting. Karena memiliki peran penting untuk mengkomunikasikan cinta. Pentingnya bahasa cinta menentukan apa yang harus dilakukan pasangan, bagaimana mengucapkannya, kapan melakukannya, dan bagaimana cara yang benar untuk melakukannya. Pada dasarnya buku ini tentang bagaimana memiliki komunikasi yang lebih baik dengan pasangan Anda (walaupun ada bab yang berbicara tentang bagaimana menyampaikan love language kepada anak-anak Anda juga). Kesimpulannya, buku ini adalah bacaan ringan yang mungkin bisa menjadi teman yang baik untuk sesi membaca Anda di waktu sore.

2. Siapa yang perlu membaca buku ini?

Buku ini jelas perlu dibaca oleh para pasangan, khususnya pasangan suami istri. Mereka mungkin berhubungan dengan beberapa kasus yang disebutkan dalam buku ini. Selain itu, bisa juga didiskusikan sebagai bahan refleksi diri

3. Kapan sebaiknya membaca buku ini?

Buku ini harus segera dibaca, terutama bagi yang sudah menikah atau ingin menikah. Karena bahasa cinta adalah bagian dari komunikasi. Jika komunikasi lebih baik, maka hubungan juga lebih baik.

4. Yang aku dapatkan setelah membaca buku ini

Pertama, membaca buku ini mengajarkan saya strategi menjaga komunikasi yang baik dengan pasangan. Dulu saya berfikir bahwa komunikasi hanya sebatas berbicara saja, ternyata lebih luas dari itu. Dan bahasa cinta membuat komunikasi yang lebih baik untuk pasangan. Kedua, bagaimana menjadi lebih sadar diri dalam suatu hubungan. Kebiasaan hidup sehari-hari bisa menimbulkan kemalasan untuk melakukan usaha. Termasuk upaya untuk menunjukkan cinta kepada pasangan. Saya dulu berpikir bahwa suami saya jelas tahu bahwa saya mencintainya, tetapi bagaimana dia bisa tahu, jika saya tidak berbicara bahasa cintanya. Ya, ini menampar saya untuk melakukan lebih banyak usaha.

5. (+) dan (-) dari buku ini

Poin (+)

✓Bahasa mudah dimengerti
Untuk buku hubungan, ia memiliki bahasa yang dapat dimengerti. Tidak perlu berpikir keras, yah itu mudah dibaca.

✓ Tes bahasa cinta
Siapa yang tidak suka melakukan kuis kecil? Gary memberikan beberapa pertanyaan agar Anda mengetahui apa bahasa cinta Anda.

Poin (-)

✓ Mixed genre

Ketika saya memilih buku ini, saya tidak tahu bahwa itu memiliki banyak genre. Dalam pikiran saya, itu hanya buku hubungan biasa. Kemudian, saya baru tahu ini juga literatur kristen. Jika Anda bukan orang Kristen, Anda dapat melewati kutipan Alkitab di beberapa bagian.

6. Worth to buy and read or not

Buku ini oke untuk menambah wawasan bagaimana berkomunikasi lebih baik dengan pasangan dengan mencocokkan bahasa cinta mereka. Jadi tentunya layak dibaca dan layak dibeli bagi yang membutuhkan wawasan tersebut.

7. Personal rating : 🐱🐱🐱

Book Review/ Review Buku : Everybody Lies by Seth Stephen-Davidowitz

Rating personal : 8/10

THIS POST IS BILINGUAL : ENGLISH/ BAHASA INDONESIA

There are three reasons why I want to read this book. First, the title of this book triggers me to read and think what makes everybody lies? and why they’re lying anyway? Yes, the truth is everybody does! When I read the preliminary, I know that I will love this book. There’s a lot of data to show you about how internet data works to let us know about what’s goin on exactly on everybody’s life based on those data.

Second, I took statistic as my major in college so these whole book gives me nostalgic vibes to me to get along with data again (since my work isn’t related to that).

Third, I bought this book for awhile and it’s sitting on the rack for some times. Why don’t give it a try?

PART 1 : DATA, LARGE AND SMALL

As we know, we are surrounded by data everytime on our lives. It could be information, news, or even our lunch menu today. In this part, Stephen tells us about the introduction of what data really is. He talks about how Google works to gathering data from their users. It states people could lying to themselves or anyone in their real life but their browsing history say otherwise. There are many questions about all different things (even the most embarrassed ones). Actually, this is not surprising since most of people feel safe to (secretly) asking Google. They can’t or won’t do this in front of people in real life. Not everyone want to be known have a dark side. There are some examples of different results compared to browsing data of US Election votes, racist jokes, and sexual behaviour.

On Chapter 1, it’s about intuitive instinct about data. The knowledge of data is natural and intuitive. But, sometimes we are tend to exaggerate relevance of our own experience. It could lead us to wrong interpretation. We still need more data before making some decision, not only based on our assumptions. Because it’s totally bias. We just need the right data before making any assumptions. This is the part where I remember about what I’ve learned in college. Before we’re come to conclusion, we need to look at how much sample we have before processing it. Stephen makes a clear representation of what discuss later on this chapter.

PART 2 : THE TREMENDOUS OF BIG DATA

Honestly, when I read this book, I thought for many times about how abundant it is to use big data as a source for us to get answers for many questions. How and why? I believe that big data can be used more often in the future (I know that a lot of going on these days using big data). This could bring benefit to many greater purpose. Seth tells us there are four greatness of big data : offering new kinds of data, providing an honest data, enable us to centering our attention to small subset, and enable us to doing many cause-effect experiments.

The first greatness is offering new kinds of data. Before Google, I didn’t even know what happen when I want to search about any information quickly. Thanks to Google, I was introduced to big amount of information as quickly as I blink my eyes. Like what I said earlier that everything are data. Big data helps us find these new kinds of data to our purpose, we can use data of body, words, pictures, etc. As one of story mentioned in this book, Jeff Seder measure the internal organs of horses to predict the success of racehorse. Something that he cannot see before big data is arises. This is interesting because usually people saw record, history and other common things to predict how successful the racehorse is.

The second greatness is providing an honest data. Everybody lies about something, especially in this digital era. In social media, we cannot distinguish what is right or wrong. There aren’t true things we can believe based on our judgement of other people’s posts or stories. How big data becoming a digital truth serum? Let’s take on example of our daily browsing. We tend to searching something in browser than in reality because we’re too ashame or afraid to talk to other people. That’s what Seth talked about. In internet, people feel free to doing anything unfiltered and unbothered. This becomes a prove of honesty based on browser’s history compared to straight questions or survey. There are many examples in this book about truth that you can read and enjoy. I feel surprised and annoyed at the same time when I read it.

The third greatness is enable us to getting closer to small subset of data to get new insights. Take example on how big the opportunity of poor people’s children becoming rich in some countries. Compared to another country, US score doesn’t look really good. But, we have something different when we look closer to subset of data. The results is in ‘which states’ they had bigger opportunities becoming rich. So, one of the advantages is take a look at the big picture before deciding which parts we can explored to get our question answered and the goals of the research fulfilled.

The fourth greatness is big data makes us can do random experiments to find cause-effect results. The control random experiment is called A/B test. This test is easy and inexpensive and liberating us from our own intuition that has limitation. Helping us to understand even for smallest change that can be a big influence. It comes from example related to US election, who knows that different pictures on the homepage could make Obama’s campaign successful? Or which news headlines you would click? With our limitation, we can’t guess it right without big data. Our intuition is not quite right to know about other people’s decision. And these experiments helping our decision making by discovering what works and what isn’t from the data.

PART 3 : BIG DATA ; HANDLE CAREFULLY

Big data is something new, the problem that often appears is there are additional exponential variable compared to traditional data. It is called dimensional curse. If we test too many things, it could leads to less precise result because some variable might randomly correlated. We need additional test and small data. Big data and small data complete each other to give the best result for the experiment. The other thing is how we use big data. It could be very useful or it could be very dangerous, it’s up to you. Personally, I’m hoping that big data can be used properly and wisely for better things.

So, I wanna thank to Seth who can makes me finish this book without a doubt. This book breaks my reading slump and writing slump and I’m so grateful for it. This book is really worth my time and my effort to reading and writing again. If you a fan of non fiction book that discussing about facts, statistics and any related to those things. I think you’ll like this book.

REVIEW DALAM BAHASA INDONESIA

Ada tiga alasan mengapa saya ingin membaca buku ini. Pertama, judul buku ini membuat saya berpikir apa yang membuat semua orang berbohong? dan mengapa mereka berbohong? Ya, kenyataannya semua orang melakukannya! Ketika saya membaca pendahuluan, saya tahu bahwa saya akan menyukai buku ini. Ada banyak data untuk ditunjukkan kepada Anda tentang cara kerja data internet untuk memberi tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan semua orang berdasarkan data tersebut.
Kedua, saya mengambil statistik sebagai jurusan saya di perguruan tinggi sehingga seluruh buku ini memberi saya nostalgia untuk bergaul dengan data lagi (karena pekerjaan saya tidak terkait dengan itu).
Ketiga, saya membeli buku ini untuk sementara waktu dan beberapa kali disimpan di rak. Mengapa tidak mencobanya?

BAGIAN 1 : DATA, BESAR DAN KECIL

Seperti yang kita ketahui, kita dikelilingi oleh data setiap saat dalam hidup kita. Bisa berupa informasi, berita, atau bahkan menu makan siang kita hari ini. Di bagian ini, Stephen memberi tahu kita tentang pengenalan apa sebenarnya data itu. Dia berbicara tentang bagaimana Google bekerja untuk mengumpulkan data dari penggunanya. Ini menyatakan orang bisa berbohong kepada diri mereka sendiri atau siapa pun dalam kehidupan nyata mereka tetapi riwayat penelusuran mereka mengatakan sebaliknya. Ada banyak pertanyaan tentang semua hal yang berbeda (bahkan yang paling memalukan). Sebenarnya hal ini tidak mengherankan karena kebanyakan orang merasa aman (diam-diam) bertanya kepada Google. Mereka tidak bisa atau tidak akan melakukan ini di depan orang-orang di kehidupan nyata. Tidak semua orang ingin dikenal memiliki sisi gelap. Ada beberapa contoh hasil yang berbeda dibandingkan dengan data penelusuran suara Pemilu AS, lelucon rasis, dan perilaku seksual.

Pada Bab 1, tentang naluri intuitif tentang data. Pengetahuan tentang data bersifat alami dan intuitif. Tapi, terkadang kita cenderung membesar-besarkan relevansi pengalaman kita sendiri. Itu bisa membawa kita pada interpretasi yang salah. Kita masih membutuhkan lebih banyak data sebelum mengambil keputusan, tidak hanya berdasarkan asumsi. Karena itu benar-benar bias. Kita hanya membutuhkan data yang tepat sebelum membuat asumsi. Ini adalah bagian di mana saya ingat tentang apa yang telah saya pelajari di perguruan tinggi. Sebelum kita sampai pada kesimpulan, kita perlu melihat berapa banyak sampel yang kita miliki sebelum memprosesnya. Stephen membuat representasi yang jelas tentang apa yang akan dibahas nanti di bab ini

BAGIAN 2: DATA BESAR YANG LUAR BIASA
Jujur saja, ketika membaca buku ini, saya berpikir berkali-kali tentang betapa melimpahnya memanfaatkan big data sebagai sumber bagi kita untuk mendapatkan jawaban atas banyak pertanyaan. Bagaimana dan mengapa? Saya percaya bahwa data besar dapat digunakan lebih sering di masa depan (saya tahu bahwa sudah banyak yang terjadi hari ini menggunakan big data). Ini bisa membawa manfaat bagi banyak tujuan yang lebih besar. Seth memberi tahu kita bahwa ada empat kehebatan data besar: menawarkan jenis data baru, menyediakan data yang jujur, memungkinkan kita memusatkan perhatian pada subset kecil, dan memungkinkan kita melakukan banyak eksperimen sebab-akibat.
Kehebatan pertama adalah menawarkan jenis data baru. Sebelum Google, saya bahkan tidak tahu apa yang terjadi ketika saya ingin mencari informasi apa pun dengan cepat. Berkat Google, saya diperkenalkan dengan sejumlah besar informasi secepat saya mengedipkan mata. Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa semuanya adalah data. Big data membantu kita menemukan jenis data baru untuk sebuah tujuan, kita dapat menggunakan data tubuh, kata-kata, gambar, dan lainnya. Seperti salah satu cerita yang disebutkan dalam buku ini, Jeff Seder mengukur organ dalam kuda untuk memprediksi keberhasilan kuda pacuan. . Sesuatu yang tidak bisa dia lihat sebelum big data muncul. Hal ini menarik karena biasanya orang melihat rekor, sejarah dan hal-hal umum lainnya untuk memprediksi seberapa sukses kuda pacuan tersebut.
Kehebatan kedua adalah memberikan data yang jujur. Semua orang berbohong tentang sesuatu, terutama di era digital ini. Di media sosial, kita tidak bisa membedakan mana yang benar atau salah. Tidak ada hal yang benar yang dapat kita percayai berdasarkan penilaian kita terhadap postingan atau cerita orang lain. Bagaimana big data menjadi serum kebenaran digital? Mari kita ambil contoh browsing harian kita. Kita cenderung mencari sesuatu di browser daripada dalam dunia nyata karena kita terlalu malu atau takut untuk berbicara dengan orang lain. Itulah yang Seth bicarakan. Di internet, orang merasa bebas untuk melakukan apa pun tanpa filter dan tanpa gangguan. Ini menjadi bukti kejujuran berdasarkan history browser dibandingkan dengan pertanyaan langsung atau survei. Ada banyak contoh dalam buku ini tentang kebenaran yang dapat Anda baca dan nikmati. Saya merasa terkejut dan kesal pada saat yang sama ketika saya membacanya.

Kehebatan ketiga adalah memungkinkan kita untuk lebih dekat dengan sebagian kecil data untuk mendapatkan wawasan baru. Ambil contoh seberapa besar peluang anak-anak orang miskin menjadi kaya di beberapa negara. Dibandingkan dengan negara lain, skor AS tidak terlihat bagus. Namun, kita memiliki sesuatu yang berbeda ketika melihat lebih dekat ke subset data. Hasilnya adalah terdapat di ‘negara bagian mana’ mereka memiliki peluang lebih besar untuk menjadi kaya. Jadi, salah satu keuntungannya adalah melihat gambaran besarnya sebelum memutuskan bagian mana yang bisa kita jelajahi agar pertanyaan kita terjawab dan tujuan penelitian terpenuhi.
Kehebatan keempat adalah big data membuat kita bisa melakukan eksperimen acak untuk menemukan hasil sebab-akibat. Eksperimen acak kontrol disebut uji A/B. Tes ini mudah dan murah serta membebaskan kita dari intuisi kita sendiri yang memiliki keterbatasan. Membantu kita untuk memahami bahkan untuk perubahan terkecil bisa menjadi pengaruh besar. Berasal dari contoh terkait pemilu AS, siapa yang tahu bahwa gambar yang berbeda di web homepage bisa membuat kampanye Obama sukses? Atau judul berita mana yang akan Anda klik? Dengan keterbatasan kita, kita tidak dapat menebaknya dengan benar tanpa data besar. Intuisi kita kurang tepat untuk mengetahui keputusan orang lain. Dan eksperimen ini membantu pengambilan keputusan dengan menemukan apa yang berhasil dan apa yang tidak dari data.

BAGIAN 3: DATA BESAR; TANGANI DENGAN HATI-HATI
Big data merupakan sesuatu yang baru, permasalahan yang sering muncul adalah adanya penambahan variabel eksponensial dibandingkan dengan data tradisional. Ini disebut kutukan dimensi. Jika kita menguji terlalu banyak hal, itu bisa menyebabkan hasil yang kurang tepat karena beberapa variabel mungkin berkorelasi secara acak. Kita membutuhkan tes tambahan dan data kecil. Data besar dan data kecil saling melengkapi untuk memberikan hasil terbaik untuk eksperimen. Hal lainnya adalah bagaimana kita menggunakan data besar. Bisa sangat berguna atau bisa sangat berbahaya, terserah Anda. Secara pribadi, saya berharap big data dapat digunakan dengan baik dan bijak untuk hal-hal yang lebih baik.

Saya ingin berterima kasih kepada Seth yang bisa membuat saya menyelesaikan buku ini tanpa ragu. Buku ini memecahkan kebuntuan membaca dan menulis saya dan saya sangat bersyukur untuk itu. Buku ini benar-benar sepadan dengan waktu dan usaha saya untuk membaca dan menulis lagi. Jika Anda penggemar buku non fiksi yang membahas tentang fakta, statistik dan hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut. Saya pikir Anda akan menyukai buku ini.



Today’s Recipe : Resep Galantin Ayam

Galantin adalah salah satu makananyang cukup familiar bagi orang Jawa khususnya Solo dan sekitarnya. Konon katanya galantin ini adalah salah satu makanan sultan karena hanya disajikan di kerajaan, jika kamu pernah mendengar selat solo, nah disitu terdapat galantin sebagai salah satu isiannya. Selain selat solo, biasanya galantin ditemui di masakan sop manten yang jadi langganan sajian hidangan acara kondaangan di Solo. Selain dua hidangan tersebut, galantin juga bisa disajikan dengan menggoreng nya menggunakan telur lalu didampingi dengan nasi putih hangat. Resep galantin yang aku buat menggunakan daging ayam, kamu bisa menggantinya dengan daging sapi atau mencampurnya.

Resep juga tersedia dalam bentuk video, kamu bisa klik videonya di bawah ya.

BAHAN GALANTIN/ GALANTIN INGREDIENTS :

500 gram daging ayam/ chicken fillet

125 gram tepung panir/ bread crumbs

1/2 butir bawang bombay/ half of onion

10 pcs bawang putih/ garlic

2 pcs telur/ eggs

Secukupnya pala/ nutmeg

Merica bubuk/ pepper

Garam/ salt

Kaldu bubuk/ powdered broth

CARA MEMBUAT :

1. Campur dan aduk semua bahan hingga rata

2. Siapkan selembar aluminium foil/ daun pisang, letakkan adonan di atasnya, padatkan memanjang kemudian rekatkan ujung2nya

3. Siapkan kukusan, masukkan gulungan galantin kemudian kukus hingga matang selama 30 menit

4. Matikan kompor, ambil galantin, jika mau disimpan di freezer biarkan dulu di luar sampai suhu ruang baru dimasukkan freezer

5. Untuk penyajian galantin dipotong2 baru digoreng, bisa dicelup pake telur dulu baru digoreng. Kalo mau dipake buat isian selat solo dan sup galantin juga bisa

———————————————————————————–HOW TO COOK:

1. Mix and stir all ingredients using chopper or food processor

2. Prepare a sheet of aluminum foil/banana leaf, put the dough on it, wrap it up

3. Prepare the steamer, put in the galantin rolls then steam until cooked for 30 minutes

4. Turn off the stove, take galantin, if you want to store it in the freezer, leave it outside until it reaches room temperature and then put it in the freezer

5. To serve the galantin, cut it into pieces and then fry it, you can dip it in an egg before frying it. You can use it for selat solo and soup too.

Kamu bisa melihat videonya disini :

Jangan lupa subscribe dan follow akun sosial mediaku ya :

Today’s Recipe : Resep Red Velvet Brownies Dessert Box

Siapa yang tidak tahu brownies? setidaknya sekali saja kita semua pernah memakannya atau minimal pernah melihat brownies itu seperti apa. Menurutku yang masih amatir dalam hal per-bakingan ini, brownies adalah salah satu yang gampang buatnya. Yang mau aku share adalah resep yang aku ambil dari bukunya Tintin Rayner, aku praktekan dan berhasil. Buat kamu yang suka makan dessert dan mau buat dari nol, resep ini layak dicoba ya. Ada link Youtube di bawah kalau kamu mau lihat videonya.

BAHAN BROWNIES / BROWNIES INGREDIENTS :

– 230 gram butter leleh / salted butter

– 380 gram gula pasir / sugar

– 3 sdt pasta vanilla / 3 tsp vanilla paste

– 40 gram cokelat bubuk / cocoa powder

– 1/4 sdt garam / 1/4 tsp salt

– 3 sdm pewarna merah tua / 3 tbsp red coloring

– 1,5 sdt cuka dapur / 1,5 tsp vinegar

– 4 butir telur kocok / 4 pcs eggs, mix

– 190 gram tepung terigu protein sedang atau serbaguna / all purpose flour

BAHAN CREAM/ CREAM INGREDIENTS :

400 ml soft cream 100 ml kental manis / condensed milk

1 sdt pasta vanila / 1 tsp vanila paste

BAHAN GANACHE / GANACHE INGREDIENTS :

100 gram dark cooking chocolate 50 ml susu cair / milk

1 sdm margarin / 1 tsbp margarine

CARA MEMBUAT :

1. Campur butter cair, gula, pasta vanilla, cokelat bubuk, pewarna merah, garam dan cuka, Aduk menggunakan whisk sampai tercampur rata.

2. Masukkan telur, aduk kembali sampai rata. Masukkan tepung aduk sampai rata, jangan sampai overmix. Tuangkan adonan ke dalam loyang persegi ukuran 24 x 24 cm yang sudah dialasi kertas roti.

3. Panggang di suhu oven 180-190 C sampai matang (aku sekitar 35 40 menit). Sesuaikan dengan oven masing-masing. Panaskan oven dulu sebelum loyang masuk sekitar 10-15 menit.

4. Setelah matang, keluarkan dari loyang kemudian potong2 sesuai ukuran cetakan tempat dessert box. Tata di lapisan paling bawah, kemudian beri cokelat ganache di lapisan kedua dan beri cream di lapisan ketiga. Taburi remah-remah sisa brownies di atas cream dan beri oreo di atas nya.

5. Masukkan ke dalam kulkas di bagian chiller minimal 30 menit kemudian siap dinikmati

HOW TO COOK:

1. Mix melted butter, sugar, vanilla paste, cocoa powder, red coloring, salt and vinegar, stir with a whisk until well blended.

2. Put in the eggs, stir again until blended. Add flour and mix until smooth, don’t overmix. Pour the batter into a 24 x 24 cm square tin that has been lined with baking paper.

3. Bake in oven temperature 180-190 C until cooked (I’m about 35-40 minutes). Adjust to your oven. Preheat the oven before entering the pan for about 10-15 minutes.

4. Once cooked, remove from the pan then cut into pieces according to the size of the mold where the dessert box is. Arrange on the bottom layer, then add chocolate ganache in the second layer and cream in the third layer. Sprinkle the remaining brownie crumbs on top of the cream and put oreos on top.

5. Put it in the refrigerator in the chiller section for at least 30 minutes then it’s ready to be enjoyed

Kamu bisa melihat videonya disini :

Jangan lupa subscribe dan follow akun sosial mediaku ya :

Book Review : Quiet by Susan Cain

I’ve finished read this book yesterday. I spent almost two months just to finished it. Not because the book, it’s because my laziness comes when I’ve read on Kindle these days. Actually I was enjoying reading this book since I am an introvert and that’s the main idea of this book. But, it turns out this book isn’t like what I’ve thought at first. I thought that this book is a guide for introverts to do this and to do that but it tells about introverts from it’s core. Me as introvert think that this book isn’t made only for introverts but extroverts too. I mean everyone can read this book and it’s pretty insightful. Quiet is a book that have deep research about introversion. There are many expert involved to give us some thought about theory that makes deep understanding about introvert (especially).

In this 368 pages book, I feels satisfied knowing about introvert (and extrovert) personality and why is it matter to know about this. I mean is it really that important to learn deeply about this personality? Okay let me begin what happen in my society. There are so many stigma in my country Indonesia that introvert is someone who reserved, shy, have a very low voice, doesn’t have any friends, seems like antisocial, very awkward and assumed being lonely because usually spending so much time alone. Well, the reality is not. Introvert is different with anti social. We’re introvert just love spending time alone because that’s our energy coming from. And what happen in society is they can only judging by what they see, right? Isn’t it pretty cliché? Who want to talk about your unpopular friends who prefer to sit in the corner of the library than someone popular that have a great social life you envy so much. So, when I found this book I feel like hey finally there are books about nerds too (even though we’re not completely nerd).

Here’s are my review of this book :

  • CONTENT

This book is divide into four parts : the extrovert ideal, your biology your self, do all cultures have an extrovert ideal, how to love how to work. These main parts divided into sub-chapter in every part. Part 1 is background to what happen to introvert in our world, how the history of the personality showing up in the first place, and how introvert could meet expectation to be more ‘extrovert’ in many aspects in life. Part 2 explain about nature of introvert that is printed not only on our body but on our mind too and it is affect our emotional decision, behaviour, conscience, and process of thinking. It’s that complex if we talks about human nature, hormones and other chemicals in our brain. Part 3 talks about the ideal of extroverts that we are considerate it as overrated. It’s a common thing happen in our society, we knows that introverts are 1/3 from total population but we’re often underestimated. Part 4 is some advices (finally) how to handling our situation of being introvert. It helps for when we should act like extroverts?is it necessary to do that? how to talk with another person that completely have different personality and how we can helps our kids that introvert too. I think that 4 main topics is pretty great and enough to explain about the ‘Quiet’. This is complete and explain clearly from the roots to the implementation in the reality that we face everyday.

  • TAKEAWAYS

I’m glad that I found this book because I’ve got some insights about introvert. Not only about introvert but also about other personality too. I love how Susan tells reader about her experiences to find answers of all of her questions about introvert. At some point, I learn a lot indirectly from Susan’s personality, that introvert is unique, special and just the same as other personalities. She encourages us to believe in our abilty whatever our personality because there are no boundaries for us to gain success as long as we have the courage and take efforts to make it happen. Her stories and examples has values that I can take and learn, especially to be proud and have confidence being an introvert.

  • BOOK COVER

I love the original cover of this book, it’s simple and nice to look at. I definitely want to buy this book if I judge from the cover.

  • EDITING AND FONT

I didn’t find any misspell in this kindle version of the book.

  • WRITING STYLE/ STORYTELLING

Susan’s storytelling is direct to the point and not too blah when she explain about the topic. I like that she deliver the story clearly and detail. She definetely made long journey of her research and she’s not wasting good material at all. She’s arrange her words into something everyone can understand but not boring.

  • WORTH OR NOT (PRICE AND TIME)

Is it worth to read? Yes (if you are introvert just like me or extrovert who want to understand more about introvert people).

No (if you’re not interesting about introvert or book that has deep research about topic who many researchers mentioned a lot in this book).

Is the price worth? It is worth the price.

  • REREAD OR RECOMMEND?

Maybe I don’t find necessary to reread this book but I will take some good point from this book to read again in the future. I will recommend this book for everyone who wants to know about introvert, I repeat : everyone.

  • WHAT I LIKE ABOUT THIS BOOK

The plus points are :

  • The content is match with its title
  • The storytelling is nice and not boring
  • I’ve got many insights from this book as introvert
  • WHAT I DON’T LIKE ABOUT THIS BOOK

The minus point is : there are explanation that less brief at some points.

My one of favorite quotes is :

How difficult it is for introverts to take stock of their own talents, and how powerful it is when finally they do.

SUSAN CAIN